KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Oleh :
Kelompok : II (Dua)
Ketua : Anjeli
Lestari
Anggota 1. Ayu Ratnasari
2. Ukhti Kafitri
3. Winda Warohma Siregar
Dosen
Pembimbing : Rini Miranti, SST
AKADEMI
KEBIDANAN BUDI MULIA PRABUMULIH
TAHUN
AKADEMIK 2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah maka
kami boleh menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Makalah ini
berisikan tentang “Pemeriksaan Fisik
Pada Bayi”,
tujuan pemeriksaan fisik pada bayi, persiapan alat, cara kerja dan hal-hal yang
perlu di perhatikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ada pun tujuan kami menulis makalah
ini yang utama adalah
untuk memenuhi tugas dari ibu Rini Miranti, SST dan untuk menambah
pengetahuan tentang mata pelajaran produktif kebidanan yang membahas “Pemeriksaan Fisik Pada Bayi”.
Prabumulih, Maret
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang.......................................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah..................................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Fisik Pada Bayi.................................................................................... 2
2.2 Anamnesis................................................................................................................. 4
2.3 Pengertian Tanda-Tanda Vital.................................................................................. 7
2.4 Apgar Score.............................................................................................................. 34
2.5 Antropometri............................................................................................................ 38
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................................... 48
3.2
Saran......................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini,
pemeriksaan fisik bukan sekedar anamnesa secara procedural. Akan tetapi,
observasi hingga pemeriksaan refleks menjadi tahapan yang perlu untuk
diperhatikan. Maka, penilaian apgar score perlu dilakukan untuk melengkapi
pemeriksaan fisik. Dari adaptasi, kemampuan refleks serta penilaian tanda akan
menjadi pelengkap dalam penilaian status kesehatan pada bayi. Cairan
amnion dalam rangka penilaian jumlah volume akan membantu untuk memudahkan
bidan atau petugas kesehatan dalam mengukur keadaan bayi. Plasenta dan tali
pusat juga dilakukan pengecekan agar seluruh keadaan bayi dapat
terdokumentasi secara detail.
Pada bayi, pengukuran antropometri bukan hanya untuk mengetahui detail keadaan
fisik bayi namun catatan untuk mempermudah bidan atau petugas kesehatan dalam
merangkum semua keadaan dalam praktik pelaksanaan pemeriksaan fisik.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik pada bayi?
·
Bagaimanakah procedural dan pelaksanaan pemeriksaan fisik pada bayi?
1.3 Tujuan Penulisan
·
Mahasiswa mengerti tentang pemeriksaan fisik pada bayi
·
Mahasiswa mengetahui procedural serta mampu melaksanakan pemeriksaan
fisik pada bayi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Fisik Pada Bayi
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang
dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas &
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal serta menilai
status kesehatannya. Pengkajian
ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian
terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat.
Tujuan Dari
Pemeriksaan Fisik adalah :
1. Untuk menentukan status kesehatan klien.
2. Mengidentifikasi masalah.
3. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan.
4. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu
mendapat tindakan
segera.
5. Untuk menentukan data objektif dari riwayat
keperawatan klien.
A. Prinsip
pemeriksaan fisik pada bayi :
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan
minta persetujuan tindakan.
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung
tangan.
3. Pastikan pencahayaan baik.
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan
hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus
dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
5. Periksa bayi secara sistematis dan
menyeluruh.
B. Peralatan dan Perlengkapan :
1.
Kapas alkohol dalam tempatnya
2.
Bak instrumen
3.
Handscoon
4.
Tissue dalam tempatnya
5.
Senter
6.
Termometer
7.
Stetoskop
8.
Tongs patel
9.
Selimut bayi
10. Bengkok
11. Timbangan bayi
12. Selimut bayi
13. Bengkok
14. Timbangan bayi
15. Pita ukur/metlin
16. Timer
17. Pengukur panjang badan
18.
Buku catatan
C. Prosedur
Jelaskan pada
ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan.
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
Susun alat secara
ergonomis. Cuci tangan
menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih. Memakai sarung
tangan. Letakkan bayi
pada tempat yang rata.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di
bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau
lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari
kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih
dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang menggangu bayi,
seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi
di atas dadanya atau lainnya.
2.2 Anamnesis
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain
(Heteroanamnesis) dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari
anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang sangat penting dalam
pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya “Bias”. Menggunakan
bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang
memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak.
Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada
kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja,
anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh pemeriksa, supaya
tidak ngelantur.
Dalam melakukan
anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang kondusif agar
orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien dengan
spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan.
Anamnesis biasanya
dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan keberhasilannya untuk
sebagian besar bergantung pada kepribadian, pengalaman, dan kebijakan
pemeriksa.
Langkah
– langkah dalam pembuatan anamnesis :
1.
Identitas pasien
Identitas ini diperlukan untuk
memastikan bahwa yang diperiksa benar- benar anak yang dimaksud, dan tidak
keliru dengan anak lain. Adapun yang harus ada dalam identitas, yaitu :
a)
Nama
b)
Umur
Umur sebaiknya didapat dari tanggal lahir.
Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis
anak tersebut normal sesuai dengan umumnya.
c)
Jenis kelamin
d) Nama orang tua (ayah, ibu)
e)
Alamat (lengkap)
f)
Umur, Pendidikan Orang tua
g)
Pekerjaan Orang tua
h)
Suku bangsa
2.
Riwayat penyakit
a)
Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat.Tidak selalu keluhan yang
pertama diucapkan orang tua/pengantar.Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi
pasien dan kemungkinan diagnosis.
b) Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita
yang kronologis terinci dan jelas. Dimulai dengan perincian keluhan utama. Diperinci
mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya
komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini
diharapkan dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis
banding.
3.
Riwayat kehamilan
Berikut adalah hal – hal yang perlu
ditanyakan, mengenai :
a)
Kesehatan Ibu selama hamil
b)
Kunjungan antenatal
c)
Imunisasi TT
d) Obat yang diminum
e)
Makanan ibu
f)
Kebiasaan merokok, minuman keras
4.
Riwayat kelahiran
Ihwal kelahiran
pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, masa kehamilan,
cara kelahiran, keadaan setelah
lahir (nilai APGAR), BB & Panjang badan Lahir, keadaan anak
minggu I setelah lahir.
5.
Riwayat makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan
tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek, maupun
jangka panjang. Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitasnya, yaitu
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan.
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : ASI ataukah pengganti
air susu ibu, atau keduanya.
6.
Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun
imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi
BCG, DPT, polio, campak, dan Hepatitis-B dll.
7.
Riwayat pertumbuhan
Dilihat kurva
BB terhadap Umur (KMS), dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik.
8.
Riwayat perkembangan
Ditanyakan
patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial,
bahasa.
9.
Riwayat penyakit keluarga
Penting untuk
mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular.
10.
Riwayat sosio ekonomi keluarga
a. Penghasilan Orang tua
b.
Jumlah keluarga
c.
Keadaan perumahan dan lingkungan
d.
Kebersihan diri dan lingkungan
2.3
Pengertian Tanda-Tanda
Vital
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital ini merupakan indikator dari status
kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan
endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk mengetahui respon
terhadap stress fisiologi/psikologi, respon terapi medis dan keperawatan, serta
perubahan fisiologis.
A. Ada beberapa tujuan
dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu :
1.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
rentang suhu tubuh.
2.
Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan
Kekuatan).
3.
Menilai kemampuan kardiovaskuler.
4.
Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan.
5.
Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
6.
Mengetahui nilai tekanan darah.
B. Waktu Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :
Dalam
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien, ada beberapa ketentuan
waktu sebagai berikut :
1.
Saat klien masuk ke fasilitas kesehatan.
2.
Di Rumah Sakit / fasilitas kesehatan dengan
jadwal rutin sesuai program.
3.
Sebelum dan sesudah prosedur bedah.
4.
Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasive.
5.
Sebelum dan sesudah pemberian pengobatan yang
mempengaruhi kanvas, respirasi &
fungsi kontrol suhu.
6.
Saat keluhan utama klien berubah.
7.
Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang
pengaruhi TTV.
8.
Saat klien melaporkan adanya distress fisik non
spesifik.
C. Jenis Pemeriksaan TTV
1.
Pemeriksaan suhu tubuh
2.
Pemeriksaan nadi
3.
Pemeriksaan tekanan darah
4.
Pemeriksaan pernapasan
a)
Pemeriksaan Suhu Tubuh
1)
Landasan Teori :
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme
darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di
dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
2)
Pengertian :
Suhu tubuh
merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari
tubuh ke lingkungan.
Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara
lain berasal dari :
·
Metabolisme dari makanan (Basal
Metabolic Rate).
·
Olahraga.
·
Shivering atau kontraksi otot
skelet.
·
Peningkatan produksi hormon
tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler).
·
Proses penyakit infeksi.
·
Termogenesis kimiawi (rangsangan
langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung
simpatetik
3)
Proses Hilangnya Panas Tubuh :
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh. Dimana proses hilangnya panas tubuh ini terdiri dari :
i.
Radiasi
Adalah pemindahan panas dari satu
benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung.
Contoh : orang berdiri didepan lemari es yang terbuka.
ii.
Konduksi
Adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung.
Contoh : kontak langsung dengan es.
iii.
Konveksi
Adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara.
Contoh : udara yang berdekatan dengan badan
akan menjadi hangat.
iv.
Evaporisasi
Adalah pemindahan panas yang
terjadi melalui proses penguapan.
Contoh : pernapasan dan respiration dari kulit. Keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh.
4)
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat
diuraikan sebagai berikut :
i.
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu
berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi
berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait
dengan laju metabolisme.
ii.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan
kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan
saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
iii.
Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
iv.
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas
hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas normal.
v.
Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan
produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada
laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3–x0,6°C di atas suhu basal.
vi.
Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
vii.
Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan
kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada
zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian,
orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak
mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
viii.
Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju
metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh
hingga 38,3 – 40,0 °C.
ix.
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan
pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.
x.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat
mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
5)
Suhu tubuh normal sesuai tingkatan umur :
Umur
|
Suhu
(Derajat Celcius)
|
3 bulan
|
37,5
|
1 tahun
|
37,7
|
3 tahun
|
37,2
|
5 tahun
|
37,0
|
7 tahun
|
36,8
|
9 tahun
|
36,7
|
13 tahun
|
36,6
|
Nilai standar
untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 -
37,5°C.
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 -
40°C.
* Hipertermi, bila suhu
tubuh lebih dari 40°C.
6)
Lokasi Pemeriksaan Suhu Tubuh :
Pengukuran suhu tubuh dapat
dilakukan dibeberapa tempat yaitu :
i.
Mulut (oral) : Suhu rata-rata 37°C. Pada area ini termotemer
didiamkan sekitar
2 - 3 menit.
Hindari pengukuran suhu tubuh dengan metode oral dengan memasukkan
termometer ke dalam mulut, hingga anak Anda berusia 4-5 tahun. Hingga usia
tersebut bayi tidak dapat diam menahan termometer di bawah lidahnya. Pengukuran
suhu melalui oral juga tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / trauma
oral, klien dengan epilepsy atau gemetar karena kedinginan, pada bayi dan anak
kecil yang menangis serta klien yang tidak sadar.
|
Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui mulut
(oral).
ii.
Anus (rectal) : Suhu rata-rata 37,5°C. pada area ini
termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit.
Metode rektal memberikan hasil pengkuran yang
paling akurat. Pada bayi yang baru lahir metode ini merupakan metode yang
paling vital. Hingga bayi Anda berusia 3 bulan, Dokter mungkin akan mengukur
suhu tubuhnya dengan metode ini. Jika bayi memberontak saat diukur suhu
tubuhnya, Anda bisa mengukur suhu pertamanya dari bawah ketiak (aksila). Apabila hasil
pengkuran suhu tubuh dari bawah ketiak menunjukkan angka 37 derajat celcius,
segera lakukan metode rektal untuk memastikannya. Pemeriksaan ini tidak boleh
dilakukan pada klien dengan bedah / kelainan rectal, nyeri pada area rectal /
perdarahan, klien dengan berpenyakit kelamin, pada bayi baru lahir.
Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui anus (rectal).
iii.
Ketiak (axilla : Suhu rata-rata 36,5°C. pada area ini
thermometer didiamkan sekitar 10 – 15
menit.
Beberapa dokter merekomendasikan pengukuran
suhu bayi di ketiaknya. Metode ini sangat mudah, nyaman, dan aman, dan yang
Anda butuhkan adalah termometer digital biasa. Kelemahannya adalah bahwa
pembacaan suhu tubuh dengan metode aksila kurang akurat dibandingkan dengan
metode lain. Pembacaan suhu tubuh dari bawah ketiak (eksternal) dapat 2 derajat
lebih rendah dari pembacaan dubur (internal). Pemeriksaan ini tidak boleh
dilakukan pada bayi atau klien yang sangat kurus, klien dengan luka di ketiak.
Gambar pemeriksaan suhu tubuh melalui ketiak
(axila).
7)
Alat Pengukur Suhu Tubuh :
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan
termometer kaca (glass termometers) dan termometer digital, Skala yang sering
digunakan adalah termometer skala Celcius (Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius
dan titik didih 100 derajat Celcius.
8)
Prosedur Kerja Pemeriksaan Suhu Tubuh
·
Pengukuran Suhu
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan
menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian
dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan
lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai
suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme
dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal,
dan aksila.
·
Tujuan Tindakan
Pengukuran
suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
· Persiapan Alat
Alat-alat yang
harus dipersiapkan sebelum melaksanakan
tindakan:
- Termometer air raksa ( aksila, oral dan rectal)
- Tissu kering
- Bengkok
- Vaselin (untuk pengkajian suhu rektal)
- 3 Jenis botol :
o
Berisi larutan desinfektan lisol 2%
o
Berisi larutan sabun
o
Berisi air bersih
- Kertas/tisu
- Buku catatan suhu
- Sarung tangan (handscond)
· Prosedur Pelaksanaan
v Pemeriksaan suhu melalui
oral :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
(handscond)
- Mengatur posisi klien
(duduk atau berbaring)
- Turunkan suhu pada
termometer sampai angka 35°c
- Tentukkan letak bawah
lidah
- Letakkan termometer di
bawah lidah dan sejajar dengan gusi
- Anjurkan mulut dikatupkan
selama 3-5 menit
- Angkat dan baca hasil
(dalam membaca luruskan dan sejajarkan dengan mata pembaca kemudian baca hasil
dengan seksama sebatas mana air raksa berhenti)
- Catat hasil
- Bersihkan termometer
v Pemeriksaan suhu melelui aksila :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
(handscond)
- Mengatur posisi klien
(duduk atau berbaring)
- Turunkan suhu pada
termometer sampai angka 35°c
- Letakkan termometer pada
daerah aksila kemudian suruh pasien menjepit sampai 3-5 menit.
- Mencatat hasil
- Bersihkan termometer
v Pemeriksaan suhu melalui rectal :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
(handscond)
- Atur posisi dengan
menyuruh pasien miring kiri
- Turunkan suhu pada
termometer sampai angka 0°c dan oleskan
vaslin secukupnya
- Turunkan pakaian pasien
sampai bagian gluteal dan tetap menjaga
privacy pasien.
- Letakkan telapak tangan
pada sisi gluteal pasien dan masukkan
termometer ke dalam rectal, suruh pasien menahan
sampai 3-5 menit
dan usahakan jangan sampai berubah posisi.
- Setelah selesai angkat
termometer dan baca/catat hasil
- Bersihkan termometer
b) Pemeriksaan Denyut Nadi
1)
Landasan Teori :
Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung
jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat-
tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri.
2)
Pengertian :
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah
arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.
3)
Tujuan mengetahui jumlah denyut
nadi seseorang adalah:
· Untuk mengetahui kerja jantung
· Untuk menentukan diagnose
· Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
4)
Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nadi :
· Umur dan jenis kelamin
· Cemas dan stres : Nyeri akut dan ansietas
meningkatkan stimulasi simpatik, mempengaruhi frekuensi jantung
· Penyakit terutama penyakit Cardio Vascular
· Suhu : Suhu meningkat maka nadi akan meningkat
· Aktifitas dan olah raga : meningkatkan RR
(pernafasan)
· Obat-obatan : Obat
kronotopik positif (epineprin akan meningkatkan nadi)
· Perdarahan : Kehilangan
darah akan meningkatkan stimulasi simpatik sehingga meningkatkan nadi.
· Perubahan postur tubuh :
Dari berbaring ke duduk kemudian berdiri akan meningkatkan nadi
· Gangguan paru-paru :
Penyakit mengakibatkan oksigenasi buruk sehingga nadi meningkat
· Makanan dan minuman
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
UMUR
|
DENYUT NADI NORMAL
|
Bayi baru lahir
|
140 kali per menit
|
Di bawah umur 1 bulan
|
110 kali per menit
|
1 – 6 bulan
|
130 kali per menit
|
6 – 12 bulan
|
115 kali per menit
|
1 – 2 tahun
|
110 kali per menit
|
2
– 6 tahun
|
105 kali per menit
|
6 – 10 tahun
|
95 kali per menit
|
10 – 14 tahun
|
85 kali per menit
|
14 – 18 tahun
|
82 kali per menit
|
di atas 18 tahun
|
60-100 kali per
menit
|
Usia Lanjut
|
60-70 kali per
menit
|
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika jumlah denyut nadi di atas
kondisi normal, maka disebut tachicardi.
5)
Denyut nadi pada saat tidur yaitu :
UMUR
|
DENYUT NADI
|
Bayi baru lahir
|
100 – 180 x/menit
|
1 minggu – 3 bulan
|
100 – 220 x/ menit
|
3 bulan – 2 tahun
|
80 – 150 x/menit
|
10 –21 tahun
|
60 – 90 x/menit
|
Lebih dari 21
tahun
|
69 – 100 x/menit
|
6) Lokasi
Pemeriksaan Nadi :
Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan
denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis,
poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior.
Frekuensi denyut nadi manusia
bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat
aktifitas normal :
· Normal : 60 – 100 x / menit,
· Bradikardi : < 60 x / menit
· Takhikardi : > 100. x / menit
7)
Alat Yang Digunakan Untuk Memeriksa Nadi :
o
Stethoscope (auskultasi)
o
Jari-jari tangan (palpasi)
8) Prosedur perhitungan :
o
Hitung nadi selama 1 menit
o
Bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4
o
Bila pertingan selama 30 menit maka dikalikan 2
o
Perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur
9)
Prosedur
Kerja Pemeriksaan Denyut Nadi
v Pemeriksaan Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk
menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat
elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat
dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri
brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri
temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis
pada bayi.
v Tujuan Tindakan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan
denyut nadi, yaitu :
· Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan
kekuatan)
· Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular
v Persiapan Alat
- Arloji (jam) atau
stop-watch
- Buku catatan nadi
- Pena
v Prosedur Pelaksanaan
- Jelaskan prosedur pada
klien
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien
- Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
- Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan
dihitung)
- Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan
ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per
menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan
- Catat hasil
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
c) Pemeriksaan Tekanan Darah
1)
Landasan Teori :
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari
pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung
menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan sistole dan
gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole atau istirahat.
Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg).
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada
lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air
raksa
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang
tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien.
Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari
yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam
nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal
berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan
darah rendah disebut hipotensi.
2)
Pengertian :
Tekanan darah adalah kecepatan aliran darah
persatuan dinding pada pembuluh darah yang diberikan oleh darah yang mengalir.
v Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah
:
· Tahanan perifer : Pada dilatasi pembuluh
darah & tahanan turun ,tekanan darah akan turun
· Gerakan memompa oleh jantung
· Volume darah : Bila volume meningkat,
tekanan darah akan meningkat
· Viskositas darah :
Semakin kental darah akan meningkatkan tekanan darah
· Elastisitas dinding
pembuluh darah : Penurunan elastisitas pembuluh darah akan meningkatkan tekanan
darah
· Kekentalan darah
· Latihan fisik
· Posisi tubuh
· Makanan, minuman dan obat – obatan
· Lingkungan
·
Emosi
3)
Tekanan
darah pada dewasa :
TEKANAN DARAH
|
JUMLAH
|
Normal
|
<120 mmHg / <80 mmHg
|
Prehipertensi
|
120-139 mmHg / 80-89 mmHg
|
Hipertensi stadium I
|
140-159 mmHg / 90-99mmHg
|
Hipertensi stadium II
|
160 mmHg / > 100 mmHg
|
4)
Tekanan darah pada bayi :
UMUR
|
JUMLAH
|
1 tahun
|
102 mmHg / 55 mmHg
|
5 tahun
|
112 mmHg / 69 mmHg
|
10 tahun
|
119 mmHg / 78 mmHg
|
5)
Tekanan Darah Abnormal :
TEKANAN DARAH
|
JUMLAH
|
Hipertensi
|
Tekanan sistole > 130 mmHg, diastole
> 90 mmHg
|
Hipotensi
|
Tekanan sistole < 90 mmHg, diastole > 60
mmH
|
Hipotensi ortostatik
postural
|
Penurunan Tekanan Darah
saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing, berkunang-kunang
sampai pingsan
|
6)
Jumlah tekanan darah yang normal
berdasarkan usia seseorang adalah :
UMUR
|
JUMLAH
|
Di bawah 1 bulan
|
85/15 mmHg
|
1 – 6 bulan
|
90/60 mmHg
|
6 – 12 bulan
|
96/65 mmHg
|
1 – 4 tahun
|
99/65 mmHg
|
4 – 6 tahun
|
160/60 mmHg
|
6 – 8 tahun
|
185/60 mmHg
|
8 – 10 tahun
|
110/60 mmHg
|
10 – 12 tahun
|
115/60 mmHg
|
12 – 14 tahun
|
118/60 mmHg
|
14 – 16 tahun
|
120/65 mmHg
|
16 tahun ke atas
|
120/75 mmHg
|
Usia lanjut
|
130-139/85-89 mmHg
|
7) Lokasi Pemeriksaan :
· Lengan : Sebaiknya lengan kiri karena dekat dengan
jantung dan hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus,
terpasang shun arterivena, lengan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup
gip/balutan.
· Pergelangan kaki
bagian atas
8)
Alat Yang Digunakan :
· Stethoscope, bagian-bagiannya terdiri dari :
gagang, selang penghubung, bel dan diafragma .
· Sphygmanometer (sphygmomanometer merkuri (air raksa), aneroid,
atau elektronik/digital),
bagiannya tediri dari : manometer air raksa dan klep pembuka penutup, manset,
pengisi udara, selang dari karet, pompa udara dari karet dan secrup pembuka
penutup.
Saat
memeriksa tekanan darah, ada dua angka yang biasanya disebut misalnya
120/80. Yang dimaksud angka-angka tersebut, yaitu :
o
Sistolik : Angka pertama (120) yaitu tekanan darah sistolik,
yaitu tekanan saat jantung berdenyut atau berdetak (sistol). Sering disebut
tekanan atas. Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung sedang memompa
darah, yaitu ketika darah keluar dari jantung menuju ke pembuluh darah.
o
Diastolik : Angka pertama (80) yaitu tekanan darah diastolik,
yaitu tekanan saat jantung beristirahat di antara saat pemompaan. Sering
disebut tekanan bawah. Angka ini menunjukkan tekanan darah ketika jantung dalam
keadaan relaks (istirahat), yaitu ketika darah dari pembuluh darah kembali
mengisi ruang jantung.
Setelah mengetahui tekanan darah, untuk
mengetahui apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi.
Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran
dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik :
Prosedur Kerja Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan Darah
|
Sistolik
(angka pertama)
|
Diastolik
(angka
kedua)
|
Darah rendah (hipotensi)
|
< 90
|
< 60
|
Normal
|
90 – 120
|
60 – 80
|
Pre-hipertensi
|
120 -140
|
80 – 90
|
Darah tinggi (hipertensi stadium 1)
|
140 - 160
|
90 - 100
|
Darah tinggi (hipertensi stadium 2 / berbahaya)
|
> 160
|
> 100
|
9)
10)
9)
Pemeriksaan Tekanan Darah
Nilai tekanan darah
merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan
pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode,
yaitu metode langsung : metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode
ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi
memerlukan persyaratan dan keahlian khusus, metode tak langsung : metode yang
menggunakan sphygmomanometer.
Pengukuran tak langsung
ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan
auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini
memerlukan alat stetoskop. lengan Untuk menentukan tekanan darah dengan tepat harus
diperhatikan ukuranmanset yang sesuai, manset harus dapat mengembang
paling sedikit 2/3 keliling lingkaran lengan : 1. Neonatus 5 cm 2. Anak >5
tahun 12 cm. Sedangkan manset yang tersedia biasanya 23 cm.
10) Tujuan Tindakan
Mengetahui nilai tekanan darah.
11) Persiapan Alat
· Sphygmomanometer
(tensimeter) yang terdiri dari : manometer air raksa + klep penutup dan
pembuka, manset udara slang karet, pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan
penutup
· Stetoskop
· Buku catatan tanda vital
· Pena
12) Prosedur Pelaksanaan
- Cuci tangan
- Terangkan pada orangtua bayi tentang prosedur
yang akan dilakukan dan tujuan dilakukan pengukuran tekanan darah
- Berikan pada pasien posisi yang nyaman (
berbaring / duduk ) bila pasien duduk salah satu tangan diletakkan di atas meja
(tangan kanan dengan posisi flexi dan sejajar dengan jantung)
- Palpasi daerah arteri brachialis
- Pastikan bahwa manset tidak ada udara, kemudian
pasang manset di atas arteri brachialis ± 2,5 cm (di atas denyutan )
- Letakkan manometer (tabung air raksa sejajar
dengan mata)
- Untuk memulai mengukur tekanan darah, buka dahulu
kait yang terletak dibawah tabung air raksa ke arah kanan.
- Palpasi daerah arteri radialis dan temukan
denyutan. Tutup katup pemompa dengan kencang kemudian pompa sampai tidak teraba
denyutan pada arteri radialis tambahkan ± 30 mmHg.
- Pasang stetoskop pada telinga dan letakkan di
arteri brachialis
- Buka katup pemompa secara perlahan-lahan dengan
waktu ± 30 detik/ 2-3 mmHg.
- Dengar bunyi I dan pada angka berapa bunyi I
terdengar
- Lanjutkan sampai bunyi II terdengar
- Ulangi pengukuran dengan selang waktu 30 menit
- Catat hasil pengukuran dan bereskan alat
- Cuci tangan
d) Pemeriksaan Pernafasan
1) Landasan Teori :
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat
pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar,
baik pada waktu tarik napas/inspirasi/inhalasi atau pada waktu mengeluarkan
napas/ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara
akan mengecil.
2) Pengertian :
· Pernapasan adalah suatu proses keluar dan
masuknya udara dalam paru-paru yang disertai dengan suatu keadaan pertukaran
gas O2 dengan CO2.
· Pernapasan luar adalah proses penyerapan O2
dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan.
· Pernapasan dalam adalah proses pertukaran gas
antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya.
3) Teknik Pemeriksaan Pernafasan
·
Lihat
·
Dengar
·
Rasakan
v Pada penderita sadar jangan sampai penderita
mengetahui bahwa frekuensi pernapasannya sedang dihitung.
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengkajian Pernafasan :
o
Frekuensi pernafasan
o
Kedalaman pernafasan
o
Irama pernafasan
o
Difusi dan perfusi
v Anatomi :
o
Hidung
o
Faring
o
Laring
o
Trakea
o
Bronkus
o
Bronkeulus
o
Alveoli
o
Paru – paru
v Fisiologi :
Udara masuk kedalam rongga hidung, udara
tersaring, dihangatkan dan dilembapkan. Partikel-partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh bulu-bulu hidung yang terdapat dalam lubang hidung sedangkan
partikel halus akan terjerat dalam lapisan mukus sehingga udara yang sampai
faring bebas debu dan bersuhu mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban 100
%.
Udara yang telah mencapai trakea dan bila masih
mengandung partikel debu akan ditangkap oleh sekret-sekret dan selanjutnya akan
diteruskan kedalam paru-paru dan melalui pembuluh alveoli O2 dan CO2
tertukar dan terjadilah proses pernapasan.
4) Metode Perhitungan :
Satu
pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas
(satu kali gerakan nak turun). Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu
dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasan tiap menit, pada keadaan
normal mungkin pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilnya
dikalikan
5)
Kecepatan pernafasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar
12-16 kali penarikan napas per menit.
v Frekuensi Nafas Normal :
UMUR
|
FREKUENSI
|
Bayi baru lahir
|
± 35 – 50 x/menit
|
Anak-anak
|
15 – 30 x/menit
|
Usia 2-12 tahun
|
18 – 26 x/menit
|
Dewasa
|
16 – 20 x/menit
|
Takhipnea
|
Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
|
Bradipnea
|
Bila kurang dari 10 x/menit
|
Apnea
|
Bila tidak bernapas
|
v Gangguan dalam pola
nafas:
POLA NAFAS
|
ARTINYA
|
Bradipneu
|
Nafas teratur ,lambat
secara tidak normal (pernafasan kurang dari 12 x/menit)
|
Takipneu
|
Nafas teratur,cepat
secara tidak normal (pernafasan lebih dari 20 x/menit)
|
Hiperneu
|
Nafas sulit,dalam
,lebih dari 20 x/menit
|
Apneu
|
Nafas berhenti untuk
beberapa detik
|
Hiperventilasi
|
Frekuensi dan kedalaman
nafas meningkat
|
Hipoventilasi
|
Frekuensi nafas
abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
|
Pernafasan Cheyne stoke
|
Frekuensi dan kedalamn
nafas tidak teratur ditandai dengan periode apneu dan hiperventilasi yang
berubah
|
Pernafasan Kusmaul
|
Pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
|
Pernafasan Bio
|
Nafas dangkal secara
tidak normal diikuti oleh periode apneu yang tidak teratur
|
6)
Prosedur Kerja Pemeriksaan Pernapasan
v Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan
pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan
yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
v Tujuan Tindakan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan pernapasan, yaitu :
·
Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman
pernapasan.
·
Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
7)
Persiapan Alat
- Arloji (jam) atau
stop-watch
- Buku catatan
- Pena
8) Prosedur Pelaksanaan
- Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan pada orangtua pasien
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien
- Hitung frekuensi dan
irama pernapasan
- Catat hasil
- Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan
2.4 Apgar Score
A.
Pengukuran Berat Badan
Gambar
pengukuran berat badan.
1.
Persiapan :
a)
Jelaskan pada ibu atau keluarga maksud dan tujuan dilaksanakan
pemeriksaan.
b)
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor generik, faktor
lingkungan, sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal.
c)
Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.
d) Cuci tangan.
e)
Letakkan bayi pada tempat yang rata.
f)
Upayakan tempat pemeriksaan aman untuk menghindari bayi jatuh.
2.
Cara pengukuran berat badan
a)
Pada bayi :
Periksa alat timbangan, letakkan kain atau kertas
pelindung, seimbangkan dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat
badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500 gram disebut
bayi Premature dan
apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
b) Pada anak :
1)
Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2)
Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus
kearah depan, kaki tidak menekuk. Pewawancara dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
3)
Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan digital.
4)
Mintalah anak tersebut untuk turun dulu dari
timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan tersebut.
B. Pengukuran Panjang Badan
1.
Persiapan :
a)
Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih
panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di tembok.
Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis
merah dikaca pengukur yang menempel di lantai (anda harus berlutut untuk
melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung
atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan pengukuran
yang akurat.
b)
Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan paku, pastikan
kestabilan alat teresbut
c)
Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil
maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke atas dan pengukuran tinggi siap
dilakukan.
1)
Pada bayi :
Gambar pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan bayi menggunakan pengukur
panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Pegangi kepala dan lutut agar kaki
tetap lurus. Baca hasil pengukuran sampai ketelitian 0,1 cm. Alat ukur harus
terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
2) Pada anak bisa berdiri :
§ Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si
anak dan melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi
hasil pengukuran TB anak.Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan
ukur dan berlutut dihadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua
lutut di sebelah kanan si anak.
§ Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di
sebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda
untuk bergerak.
§ Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan
bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan
tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering,
tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding.
Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan
ukur/dinding.
§ Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah
depan atau kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang
si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak.
Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga
si anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala,
tulang bahu dan pantat menempel dipapan ukur/dinding.
§ Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
§ Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat
pengukur hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si
anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran
dengan desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di dalam kaca
pengukuran. Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan kiri
anda dari dagu si anak.
2.5 Antropometri
A. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia
dan metros yang
berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang
pengukuran tubuh manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak.
Dengan pengukuran antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat badan,
dan ukuran badan aktual seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan
ukuran tubuh (termasuk skinfolds dan circumferences) aktual
seseorang ini dapat digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi
lemak tubuh seseorang, serta dapat berguna sebagai data referensi.
Antropometri adalah metode untuk pengukuran
dimensi tubuh manusia. Antropometri dimasukkan sebagai alat fundamental dalam
antropologi biologi, misalnya, dengan perbandingan morfologi antara
populations.Anthropometry juga digunakan dalam ilmu medis. Makna biologis dan
fungsional dimensi antropometrik banyak yang kurang dipahami. Sebuah contoh
penggunaan antropometri, pengukuran ukuran tubuh anak-anak pada usia yang
berbeda, dalam rangka untuk menjelaskan pengaruh gizi terhadap pertumbuhan.
v Syarat-syarat yang mendasari penggunaan
Antropometri yaitu:
1.
Alat mudah didapat dan digunakan.
2.
Pengukuran dapat dilakukan
berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
3.
Pengukuran tidak selalu harus oleh
tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan.
4.
Biaya relatif murah.
5.
Hasilnya mudah disimpulkan,
memiliki cutt of point dan baku rujukan
yang sudah pasti.
6.
Secara ilmiah diakui kebenarannya.
v Penggunaan Antropometri memiliki beberapa keunggulan, seperti:
1.
Prosedur sederhana, aman dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar.
2.
Relatif tidak membutuhkan tenaga
ahli.
3.
Alat murah, mudah dibawa, tahan
lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.
4.
Metode ini tepat dan akurat, karena
dapat dibakukan.
5.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi di masa lampau.
6.
Umumnya dapat mengidentifikasi
status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
7.
Dapat mengevaluasi perubahan status
gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8.
Dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan terhadap gizi.
v Antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, seperti :
1.
Tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan
zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn.
2.
Faktor di luar gizi (penyakit,
genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas pengukuran antropometri.
3.
Kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.
4.
Kesalahan terjadi karena:
pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis
dan asumsi yang keliru.
5.
Sumber kesalahan biasanya
berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan
pengukuran.
B. Pengukuran lingkar kepala
Gambar
pengukuran lingkar kepala
Dengan menggunakan pita ukur, kita dapat mengukur
kepala bayi baru lahir yang normalnya adalah 35 cm. Pengukuran dimulai dari
bregmake frontal melalui oksiput dan kembali ke semula. Selain itu juga perlu
dinilai ubun – ubun, sutura, molase, pembengkakan daerah yang cekung.
v Cara pengukuran kepala 1 :
§ Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian
melingkari kepala kembali lagi kedahi.
§ Letakkan pita melewati bagian oksiput yang paling
menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis.
v Cara pengukuran kepala 2 :
· Periksalah bentuk dan ukuran fontanel anterior
dengan menekan secara ringan pada area yang terbuka. Fontanel yang besar
(diameternya melebihi 4-5 cm) kadang – kadang ditemukan pada bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan tapi dapat juga bersifat diagnostic pada tekanan
intracranial meningkat secara kronik, hematom, hipotiroidi.
· Pasien harus dalam keadaan duduk untuk dapat
memeriksa fontanel yang tegang. Fontanel tegang dapat teraba jika bayi dalam
posisi berbaring dan jika anak menangis tapi hanya pada saat melakukan
ekspirasi. Penonjolan fontanel fisiologik ini akan menghilang jika pasien dalam
keadaan istirahat atau inspirasi.
· Lingkar kepala harus pula diukur. Lingkar kepala
hampir sama atau sedikit lebih besar dari lingkar dada sampai anak berusia ± 2
tahun. Disporposi hebat antara lingkar kepala dan lingkar dada dapat
menunjukkan adanya mikrosefali, makrosefali, atau hidrosefali.
· Kraniotabes ditegakkan dengan menekan kulit
kepala persis di belakang dan di atas telinga pada regio temporoparietalis atau
parietooksipitalis. Sensasi perabaan seperti bola pingpong menunjukkan adanya
kraniotabes. Kraniotabes menunjukkan pelunakan dari lapisan luar tulang kepala.
Ditemukan pada bayi prematur, anak normal yang kurang dari 6 bulan, anak yang
menderita sifilis, hipervitaminosis dan hidrosefalus.
· Tanda macewen sering dicari keberadaannya tapi
biasanya tidak mengandung arti klinis yang penting pada masa anak. Saat
melakukan perkusi pada kepala dengan satu jari dapat didengar bunyi seperti
bunyi “pot retak”. Bunyi ini adalah fisiologik selama fontanel dalam keadaan
terbuka. Tapi jika fontanel tertutup, hal ini menandakan adanya peningkatan
tekanan intrakranial atau dilatasi ventrikel otak.
v
Fungsi pengukuran kepala :
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak.
Penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka
menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume
kepalameningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
v Peningkatan volume :
UMUR
|
UKURAN
|
6-9 bulan kehamilan
|
3 gram/24 jam
|
Lahir-6 bulan
|
2 gram/24 jam
|
bulan- 3 tahun
|
0,35 gram/24 jam
|
3-6 tahun
|
0,15 gram/24 jam
|
C. Pengukuran lingkar dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak
yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada
umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan
dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat
digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP (Kekurangan Energi Protein)
pada anak balita.
Bentuk dada pada bayi hampir bulat dan
pertumbuhannya dada akan membesar pada diameter transversal.
Beberapa macam
bentuk dada :
1.
Pectus exkavatum
(funnel chest): sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam, terutama pada
saat inspirasi. Keadaan ini dapat merupakan kelainan kongenital, atau dapat
disebabkan oleh hipertrofi adenoid yang berat. Pektus ekskavatum juga dapat
terlihat pada sindrom Marfan atau Noonan.
2.
Pektus karinatum
(pigeon chest, dada burung): sternum menonjol ke arah luar, biasanya
dsertai dengan depresi vertikal pada daerah kostokondral; kelainan ini dapat
terlihat pada rakitis, osteporosis, sindrom marfan, sindrom noonan dan penyakit
morquio.
3.
Barrel chest, dada berbentuk bulat
seperti tong, ditandai oleh sternum yang terdorong kearah depan dengan iga-iga
horizontal; biasanya terdapat pada penyakit paru obstruktif kronik misalnya asma,
fibrosis kistik, dan emfisema.
Alat pengukur
lingkar dada adalah pita dari metal yang fleksibel, biasanya terbuat dari serat
kaca (fiber glass), caranya yaitu :
1.
Pengukuran dilakukan saat bernapas biasa,
pengukuran ini dilakukan pada posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring.
2.
Siapkan pita pengukur.
3.
Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada,
melalui puting susu dalam keadaan ekpirasi maksimal.
4.
Catat hasil pengukuran.
D. Pengukuran lingkar lengan atas
Gambar
pengukuran lingkar lengan atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat, tidak memerlukan data umur yang
terkadang susah diperoleh, dapat memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas
mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan :
1.
Status KEP pada balita.
2.
KEK (Kekurangan Energi Karbohidrat) pada ibu
hamil: risiko bayi BBLR 12.
v Lingkar lengan atas
menggunakan alat :
- Pita pengukur dari fiber glass
atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
v Kelemahan menggunakan LLA:
1.
Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
2.
Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu
pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun
indeks-indeks lain di pihak lain.
3.
Kesalahan pengukuran relatif lebih besar
dibandingkan pada TB.
4.
Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas
antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan.
Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan
dengan tinggi badan.
5.
Sensitif untuk suatu golongan tertentu, misalnya
pada anak prasekolah tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.
Ambang batas
pengukuran LILA pada bayi berumur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm, sedangkan pada
balita < 12,5 cm.
v Cara pengukuran adalah :
1.
Tentukan posisis pangkal bahu
2.
Lengan dalam keadaan bergantug bebas, tidak
tertutup kain atau pakaian
3.
Tentukan possisi ujung siku dengan cara siku
dilipat dengan telapak tangan kearah perut
4.
Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan
ujung siku dengan menggunakan pita pengukur,
5.
Beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin
pada pasien) perhatikan titik nolnya
6.
Lingkarkan pita sesuai dengan tanda pulpen
disekeliling lengan sesuai tanda
7.
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita
8.
Pita sitarik dengan perlahan jangan terlalu ketat
atau longgar
9.
Baca angka yang ada ditunjukkan oleh tanda panah
pada pita LILA (kearah angka yang lebih besar)
10. Tulis hasil pembacaan.
Cara mengukur Lingkaran Lengan Atas (LLA)
denganmenggunakan pita pengukur
v Lingkaran Otot Lengan Atas (LOLA)
Ukuran lingkaran otot lengan atas (LOLA) yang
dihitung berdasarkan tebal triseps dan ukuran LLA akan menghasilkan
indeksmassa otot (simpanan protein tubuh). Pengukurannya dilakukan dalam
sentimeter.
E.
Pengukuran
lingkar panggul
Pengukuran lingkar
pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi
pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi pengukuran akan memberikan hasil yang
berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang
dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 cm dan 0,90 cm untuk laki-laki.
1.
Cara pengukuran :
a)
Sediakan pita pengukur
b)
Pengukuran dilakukan pada bayi yang tidak
menggunakan pakaian sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna.
c)
Pengukuran dilakukan saat perut dalam keadaan
rileks,
d) Letakkan alat ukur
melingkari panggul secara horizontal tanpa menekan kulit,
e)
Bacalah hasil pengukuran
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Antropometri merupakan pengukuran, untuk mengetahui status gizi pada
individu.
2.
Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antopometri anatara lain: berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, lingkar
panggul.
3.
Pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar
dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3
cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter
kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami
mikrosefalus.
4.
Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi,
sehingga dapat mencerminkan:
a)
Status KEP pada balita.
b)
KEK (Kekurangan Energi Karbohidrat) pada ibu
hamil: risiko bayi BBLR 12.
Perbedaan posisi saat
melakukan pengukuran lingkar panggul akan memberikan hasil yang berbeda.
3.2 Saran
1. Bidan
Bidan
bisa menerapkan konsep dari pemeriksaan
fisik pada bayi, baik dilapangan maupun tidak di
lapangan ataupun dirumah sakit agar bisa menghasilkan kebidanan yang maksimal.
2.
Instansi
Instansi
dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya konsep kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny
Retna dan Sunarsih, Tri. 2011. KDPK KEBIDANAN. Yogyagarta. Nuha Medika.
Auliyanah,
Anna. 2 april 2012. “ Praktikum Gizi: Pengukuran Antropometri”. http://auliyah-0210.blogspot.com. Diakses pada 27 Maret 2015, pukul
12.53 WIB.
Barness, lewis
A. 1994. MANUAL DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK. Jakarta : Binarupa Aksara.
Danske, 2013. “Antopometri”. www.denstoredanske.dk. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015, pukul 06.52 WIB.
Hariani, Siti.
3 juni2009. “ Cara Pengukuran-pengukuran Antopometri”.
http://keperawatanpediatrik.blogspot.com. Diakses pada 27 Maret 2015, pukul 12.20 WIB.
K.M,
Rohmah.,dkk .2012 .ASUHAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA .Jakarta : EGC
Lakesma. 2013.
“Antopometri”. http://lakesma.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013, pukul 06.45 WIB.
Latief, Abdul,
Alan R Tumbelaka, dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: PT.
Sagung Seto.
Uliyah,
Musrifatul, A. Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wikipedia.
2013. “Antopometri”. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015, pukul 06.41 WIB.
Zahra,
faradiba. 2011. “pengkajian-fisik-pada-bayi-baru-lahir”. Html : faraaraa.blogspot.com.
Zohri, Saipul.
26 oktober 2011. “ Antropometri pada Anak”.